Sejarah Jakarta

Gambar Batavia, ibu kota Hindia Belanda dalam apa yang kini merupakan Jakarta Utara, sekitar 1780

Jakarta indonesia adalah ibu kota dan kota terbesar Indonesia. Terletak di estuari Sungai Ciliwung, di bagian barat laut Jawa, daerah ini telah lama menopang pemukiman manusia. Bukti bersejarah dari Jakarta berasal dari abad ke-4 M, saat ia merupakan sebuah permukiman dan pelabuhan Hindu. Kota ini telah diklaim secara berurutan oleh kerajaan bercorak India Tarumanegara, Kerajaan Sunda Hindu, Kesultanan Banten Muslim, dan oleh pemerintahan Belanda, Jepang, dan Indonesia.[1] Hindia Belanda membangun daerah tersebut sebelum direbut oleh Kekaisaran Jepang semasa Perang Dunia II dan akhirnya menjadi merdeka sebagai bagian dari Indonesia.

Jakarta telah dikenal dengan beberapa nama. Ia disebut Sunda Kalapa selama periode Kerajaan Sunda dan Jayakarta, Djajakarta, atau Jacatra selama periode singkat Kesultanan Banten. Setelah itu, Jakarta berkembang dalam tiga tahap. "Kota Tua Jakarta", yang dekat dengan laut di utara, berkembang antara 1619 dan 1799 pada era VOC. "Kota baru" di selatan berkembang antara 1809 dan 1942 setelah pemerintah Belanda mengambil alih penguasaan Batavia dari VOC yang gagal yang sewanya telah berakhir pada 1799. Yang ketiga adalah perkembangan Jakarta modern sejak proklamasi kemerdekaan pada 1945. Di bawah pemerintahan Belanda, ia dikenal sebagai Batavia (1619–1949), dan Djakarta (dalam bahasa Belanda) atau Jakarta, selama pendudukan Jepang dan masa modern.[2][3]

Kerajaan-kerajan awal (abad ke-4 M)

Daerah pesisir dan pelabuhan Jakarta di utara Jawa Barat telah menjadi lokasi permukiman manusia sejak kebudayaan Buni abad ke-4 SM. Catatan sejarah paling awal yang ditemukan di Jakarta adalah Prasasti Tugu, yang ditemukan di Kecamatan Tugu, Jakarta Utara. Ia merupakan salah satu prasasti tertua dalam Sejarah Indonesia. Daerah tersebut adalah bagian dari kerajaan bercorak India Tarumanegara.

Pada tahun 397 M, Raja Purnawarman mendirikan Sunda Pura, yang terletak di pantai utara Jawa Barat, sebagai ibu kota baru kerajaan.[4] Ibu kota kerajaan Tarumanagara tersebut kemungkinan besar terletak di suatu tempat antara Kecamatan Tugu, Jakarta Utara dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Purnawarman meninggalkan tujuh batu peringatan di seluruh daerah tersebut, termasuk Provinsi Banten dan Jawa Barat saat ini, yang terdiri dari prasasti yang memuat namanya.[5]

Catatan dan referensi

  1. ^ "History of Jakarta". Jakarta.go.id. 8 March 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 8, 2014. Diakses tanggal 17 June 2014. 
  2. ^ Lihat juga Ejaan Yang Disempurnakan
  3. ^ Lesson: Old Indonesian Spellings Diarsipkan 2018-11-17 di Wayback Machine.. StudyIndonesian. Retrieved on 2013-07-16.
  4. ^ Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Yayasan Pustaka Jaya, Jakarta. 2005. 
  5. ^ The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor. Yayasan Cipta Loka Caraka. 2007. 

Bacaan lebih lanjut

  • Blusse, Leonard. An Insane Administration and Insanitary Town: The Dutch East India Company and Batavia (1619–1799) (Springer Netherlands, 1985).
  • de Jong, J.J.P. (1998). De waaier van het fortuin: van handelscompagnie tot koloniaal imperium : de Nederlanders in Azië en de Indonesische archipel. Sdu. ISBN 9789012086431. 
  • Liebenberg, Elri; Demhardt, Imre (2012). History of Cartography: International Symposium of the ICA Commission, 2010. Heidelberg: Springer. hlm. 209. ISBN 978-3-642-19087-2. The United Dutch East India Company (Vereenigde Oost-Indische Compagnie or VOC in Dutch, literally "United East Indian Company")... 
  • Merrillees, Scott (2015). Jakarta: Portraits of a Capital 1950-1980. Jakarta: Equinox Publishing. ISBN 9786028397308. 
  • Ricklefs, Merle Calvin (1993), A History of Modern Indonesia Since c.1300, Stanford: Stanford University Press, ISBN 0-8047-2194-7 .
  • Schoppert, Peter; Damais, Soedarmadji & Sosrowardoyo, Tara (1998), Java Style, Tokyo: Tuttle Publishing, ISBN 962-593-232-1 .
  • Silver, Christopher (2007). Planning the Megacity: Jakarta in the Twentieth Century - Planning, History and Environment Series. Routledge. hlm. 101. ISBN 9781135991227. 
  • Siregar, Sandi (1998). "The Architecture of Modern Indonesian Cities". Dalam Tjahjono, Gunawan. Indonesian Heritage-Architecture. 6. Singapore: Archipelago Press. ISBN 981-3018-30-5. 
  • Witton, Patrick (2003), Indonesia, Melbourne: Lonely Planet, ISBN 1-74059-154-2 .

Pranala luar

  1. Pictures and Map from 1733 (Homannische Erben, Nuernberg-Germany)
  • l
  • b
  • s
Koloni dan pos dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (1602–1798)
Kegubernuran Jenderal
  • Batavia
Kegubernuran
Direktorat
Komandemen
Keresidenan
Permukiman Opperhoofd
Koloni dan pos dagang Geoctroyeerde Westindische Compagnie (1621–1792)
Koloni di Amerika
Pos dagang di Afrika
  • 1 Dipimpin Society of Berbice
  • 2 Dipimpin Society of Suriname
Permukiman Noordsche Compagnie (1614–1642)
Permukiman
Koloni Kerajaan Belanda (1815–1962)
Sampai 1825
Sampai 1853
Sampai 1872
Sampai 1945
Sampai 1954
Sampai 1962
Kerajaan Belanda (1954–sekarang)
Negara konstituen
Munisipalitas khusus Belanda