Rumah Sakit Panti Rapih

7°46′38″S 110°22′34″E / 7.7772464887060915°S 110.37616298713833°E / -7.7772464887060915; 110.37616298713833Koordinat: 7°46′38″S 110°22′34″E / 7.7772464887060915°S 110.37616298713833°E / -7.7772464887060915; 110.37616298713833OrganisasiAsuransi kesehatanBPJS KesehatanPendanaanNirlabaJenisRumah sakit umumAfiliasi agamaKatolikPelayananRanjang pasien330[1]Antarmoda penghubung 4A   2B   11   12  RS Panti Rapih
 2A   5A   1B   11   12  Kosudgama
 2A   3A   4A   1B   2B   3B   5B   11  SMPN 1SejarahDibuka1929Pranala luarSitus webpantirapih.or.id

Rumah Sakit Panti Rapih adalah salah satu rumah sakit swasta terbesar di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini dikelola oleh Yayasan Panti Rapih, yang didirikan oleh Ordo Katolik Carolus Borromeus.[1]

Sejarah

RS Panti Rapih sekitar tahun 1956

Bangunan rumah sakit ini dirancang serupa dengan biara utama ordo St. Carolus Borromeus di Maastricht, Belanda. Batu pertama RS ditandatangani oleh Ir. Frans Johan Louwrens Ghijsels. Pada Januari 1929, lima suster Katolik Belanda dari ordo Carolus Borromeus datang ke Yogyakarta dalam tugas pelayanan untuk orang-orang sakit. Kelima suster tersebut adalah: Sr. Gaudentia Brand, Sr. Judith de Laat, Sr. Ignatia Lemmens, Sr. Simonia, and Sr. Ludolpha de Groot.[2]

Pada 15 September 1928, Peletakan batu pertama dilakukan oleh C.T.M.Schmutzer van Rijckevorsel bersama dengan perwakilan Ordo Katolik Carolus Borromeus cabang Yogyakarta.

Gedung rumah sakit baru selesai dibangun secara keseluruhan tanggal 25 Agustus 1929. Hal ini ditandai dengan pemberkatan gedung oleh uskup Katolik Mgr. Anton Pieter Franz van Velsen, S.J. Pada 14 September 1929, rumah sakit dibuka secara resmi oleh Sultan Hamengkubuwono VIII sebagai Rumah Sakit Onder de Bogen ("di bawah lengkungan/gereja"). Beberapa tahun kemudian, Sultan Hamengkubuwono VIII memberikan hadiah sebuah mobil ambulans kepada RS.

Kebanyakan pasien yang dirawat adalah orang-orang Belanda dan pejabat/keluarga Kraton. Untuk menolong orang yang tidak mampu, didirikan klinik rawat jalan oleh ordo Brothers of Christian Instruction (FIC). Pada tahun 1942, Jepang menguasai Indonesia dan banyak suster serta dokter warga negara Belanda yang bekerja di rumah sakit ini ditangkap dan ditawan di kamp konsentrasi. Dinas kesehatan Tentara Jepang mengambil alih rumah sakit dan memaksa pengelola untuk mengganti nama rumah sakit dari bahasa Belanda menjadi bahasa Indonesia. Oleh Uskup Semarang Mgr. Soegijapranata, S.J., nama rumah sakit diganti menjadi RS Panti Rapih ("Pengobatan"). Suster Sponsaria dipilih sebagai ketua rumah sakit.

Tahun 1945, setelah Jepang menyerah kalah terhadap Pasukan Sekutu dalam Perang Pasifik, ordo Suster Carolus Borromeus kembali mengelola RS Panti Rapih. Pada saat perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, RS Panti Rapih banyak merawat para pejuang yang terluka dalam pertempuran. Salah satu pasien yang dirawat pada tahun 1948 adalah Jendral Soedirman.

Data tempat tidur

Jumlah tempat tidur per tahun 2023 berdasarkan data Rumah Sakit Online, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, adalah sebagai berikut:

No. Kelas Jumlah
1 VVIP/ Super VIP 2
2 VIP 54
3 Kelas I 89
4 Kelas II 25
5 Kelas III 46
6 ICU 17
7 HCU 27
8 ICCU/ICVCU 5
9 NICU 5
10 PICU 2
11 Isolasi 10
12 ICU Tekanan Negatif dengan Ventilator 5
13 ICU Tekanan Negatif tanpa Ventilator 0
14 ICU Tanpa Tekanan Negatif Dengan Ventilator 0
15 ICU Tanpa Tekanan Negatif Tanpa Ventilator 0
16 Isolasi Tekanan Negatif 33
17 Isolasi Tanpa Tekanan Negatif 0
18 NICU Khusus Covid 2
19 PICU Khusus Covid 0
20 IGD Khusus Covid 8
21 VK (Ibu Melahirkan) Khusus Covid 0
Total 330

Lokasi

Jalan Cik Di Tiro, di depan pintu masuk utama Universitas Gadjah Mada (UGM).

Referensi

  1. ^ a b "RS Online". sirs.kemkes.go.id. Diakses tanggal 2023-05-19. 
  2. ^ Huib, Akihary (1996). Ir. F.J.L. Ghijsels, architect in Indonesia, 1910-1929. Seram Press. ISBN 9789080297821. Diakses tanggal February 25, 2015. 

Pranala luar

  • Situs resmi RS Panti Rapih.


  • l
  • b
  • s